Tuesday 16 August 2011

Rasulullah dan Pengemis



Rasulullah SAW dan seorang pengemis..

Di sudut pasar Madinah ada seorang pengemis Yahudi buta yang setiap
harinya selalu berkata kepada setiap orang yang mendekatinya, "Wahai
saudaraku, jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu
pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya maka
kalian
akan dipengaruhinya".

Namun, setiap pagi Muhammad Rasulullah SAW mendatanginya dengan
membawakan
makanan, dan tanpa berucap sepatah kata pun Rasulullah SAW menyuapkan
makanan yang dibawanya kepada pengemis itu
sedangkan pengemis itu tidak mengetahui bahwa yang menyuapinya itu
adalah
Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW melakukan hal ini setiap hari sampai beliau wafat.

Setelah wafatnya Rasulullah SAW praktis tidak ada lagi orang yang
membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu. Suatu
hari
! sahabat terdekat Rasulullah SAW yakni Abubakar RA berkunjung ke rumah
anaknya Aisyah RA yan g tidak lain tidak bukan merupakan istri
Rasulullah
SAW dan beliau bertanya kepada anaknya itu,
"Anakku, adakah kebiasaan kekasihku yang belum aku kerjakan?". Aisyah
RA
menjawab, "Wahai ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah dan hampir
tidak
ada satu kebiasaannya pun yang belum ayah lakukan kecuali satu saja".
Apakah Itu?", tanya Abubakar RA.
"Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi keujung pasar dengan
membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang ada di
sana",
kata Aisyah RA.

Keesokan harinya Abubakar RA pergi ke pasar dengan membawa makanan
untuk
diberikan kepada pengemis itu. Abubakar RA mendatangi pengemis itu lalu
memberikan makanan itu kepadanya. Ketika Abubakar RA mulai menyuapinya,
si pengemis marah sambil menghardik, "Siapakah kamu ?".
Abubakar RA menjawab, "Aku orang yang biasa."
"Bukan! Engkau bukan ora! ng yang biasa mendatangiku", bantah si pengemis
buta
itu.
"Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak
susah
mulut ini mengunyah.

Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih
dahulu
dihaluskannya makanan tersebut setelah itu ia berikan padaku", pengemis
itu
melanjutkan perkataannya.
Abubakar RA tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata
kepada pengemis itu,
"Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu.
Aku adalah salah seorang dari sahabatnya,
orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW".

Seketika itu juga pengemis itu pun menangis mendengar
penjelasan Abubakar RA, dan kemudian berkata, "Benarkah demikian?
Selama ini
aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku
sedikitpun,
ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia....
" Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat di hadapan
Abubakar RA
saat itu juga dan sejak hari itu menjadi muslim.

Nah, wahai saudaraku, bisakah kita meneladani kemuliaan akhlaq
Rasulullah SAW? Atau adakah setidaknya niatan untuk meneladani beliau?
Beliau adalah ahsanul akhlaq, semulia-mulia akhlaq.
Kalaupun tidak bisa kita meneladani beliau seratus persen, alangkah
baiknya
kita berusaha meneladani sedikit demi sedikit, kita mulai dari apa yang
kita
sanggup melakukannya.





sumber dari : kisah penuh hikmah

Kisah Penuh Hikmah dari Penjaga Kebun Delima


Kisah Penuh Hikmah dari Penjaga Kebun Delima

Dikisahkan, ada seorang mantan budak kurus yang dimerdekakan oleh tuannya. Namanya Mubarak. Setelah merdeka, dia bekerja pada seorang pemiliki kebun sebagai buruh. Suatu hari, sang tuan mengunjungi kebunnya bersama dengan beberapa sahabtnya. Dipanggillah Mubarak, "petikkan kami beberapa buah delima yang manis!," pintanya.
Bergegaslah Mubarak melaksanakan perintah sang tuan. Dia memetik beberapa buah delima dan diserahkannya kepada sang majikan dan beberapa sahabatnya tadi.
Namun, ketika majikannya mencicipi delima yang dipetik Mubarak, tak satupun ada yang manis. Semuanya masam. Sang majikan marah dan menanyai mubarak, "apa kamu tak bisa membedakan delima yang manis dan yang masam?"
"Selama ini Anda tak pernah mengizinkan saya makan barang sebuahpun, bagaimana saya bisa membedakan yang delima yang manis dan yang masam?," jawab Mubarak.
Sang tuan merasa kaget dan tak percaya, bertahun-tahun bekerja di kebun itu, tapi Mubarak tak pernah makan satu buahpun. Maka ia menanyakan hal itu kepada tetangga-tetangganya. Mereka semua menjawab, Mubarak tak pernah makan delima barang sebuahpun.
Singkat cerita, selang beberapa hari, sang tuan datang menemui Mubarak untuk dimintai pendapatnya. "Aku hanya punya seorang anak perempuan, dengan siapa aku harus menikahkannya?"
Orang Yahudi menikahkan karena kekayaan . . .  Orang Nashrani menikahkan karena ketampanan . . .


Mubarak menjawab dengan tenang, "tuan, orang Yahudi menikahkan karena kekayaan, orang Nashrani menikahkan karena ketampanan, orang  Jahiliyah menikahkan karena nasab kebangsawanan, sedangkan orang Islam menikahkan karena ketakwaan. Tuan termasuk golongan mana silahkan tuan menikahkan putri tuan dengan cara mereka!"
Orang  Jahiliyah menikahkan karena nasab kebangsawanan . . . Sedangkan orang Islam menikahkan karena ketakwaan.

Pemilik kebun itu berkata, "demi Allah, aku hanya akan menikahkan putriku atas dasar ketakwaan. Dan aku tidak mendapati laki-laki yang lebih bertakwa kepada Allah melebihi dirimu. Maka aku akan menikahkan putriku denganmu."
Subahanallah, Mubarak menjaga dirinya dari makan buah delima di kebun yang dia bekerja di sana karena belum pernah diizinkan oleh pemiliknya, namun akhirnya Allah anugerahkan kebun itu beserta pemiliknya kepadanya. Balasan memang sesuai dengan amal. Barangsiapa meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik.
Subahanallah, Mubarak menjaga dirinya dari makan buah delima di kebun yang dia bekerja di sana karena belum pernah diizinkan oleh pemiliknya, namun akhirnya Allah anugerahkan kebun itu beserta pemiliknya kepadanya.
Seorang Arab Badui menceritakan, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah memegang tanganku kamudian mengajariku sebagian yang telah Allah ajarkan padanya. Beliau bersabda,
إِنَّكَ لَنْ تَدَعَ شَيْئًا اتِّقَاءَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا أَعْطَاكَ اللَّهُ خَيْرًا مِنْهُ
"Sesunguhnya, tidaklah engkau meninggalkan sesuatu karena rasa takut kepada Allah 'Azza wa Jalla melainkan Allah akan memberikan kepadamu yang lebih baik darinya. " (HR. Ahmad)
Maka dari rumah tangga yang dibina Mubarak atas dasar ketakwaan tadi, lahirlah seorang syaikhul Islam, ulama besar, muhaddits ternama, mujahid yang pemberani, seorang kaya yang dermawan; Abdullah Ibnul Mubarak rahimahullah. 






sumber dari : kisah penuh hikmah

Pendayung Sampan Dan Professor


SmileyCentral.com
Pendayung Sampan Dan Professor
Suatu hari seorang profesor menyewa sebuah sampan untuk membuat kajian di tengah lautan.Pendayung itu merupakan lelaki tua yang sangat pendiam. Profesor sengaja mengupah lelaki tua itu kerana dia tidak mahu orang yang menemaninya banyak menyoal tentang apa yang dia lakukan.
Dengan tekun Profesor itu melakukan tugasnya tanpa menghiraukan pendayung sampan. Dia mengambil air laut dan diisi kedalam tabung uji, digoncang-goncang, kemudian mencatat sesuatu di dalam buku catatan dibawanya. Berjam-jam lamanya Profesor itu melakukan kajian dengan tekun sekali. Pendayung sampan mendongak ke langit, memandang pada awan yang mula berarak kelabu. Dalam hati dia berkata “Hmm..tak lama hujan lebat akan turun..”
“OK semua sudah siap mari kita balik.” Lantas pendayung itu memusingkan sampannya dan mula mendayung ke arah pantai. Dalam perjalanan itu baru Profesor itu membuka mulut menegur pendayung sampan.
“Dah lama kamu mendayung sampan?” Tanya Profesor kepada pendayung sampan. “Hmm..hampir seumur hidupku,” jawab si pendayung ringkas.
“Seumur hidup kamu? Jadi kamu tidak tahu apa-apa selain mendayung sampan?” tanya Profesor itu lagi.
“Ya..”jawab pendayung sampan dengan ringkas.
Profesor belum berpuas hati dengan jawapan pendayung tua itu. “Kamu tahu Geografi?” Si pendayung menggeleng..
“Kalau begitu kamu hilang 25% dari usia hidup kamu.”
“Kamu tahu Biologi?”tanya Profesor itu lagi. Pendayung sampan itu menggeleng lagi.
“Kasihan kamu telah kehilangan 50% dari usia kamu.”
“Kamu tahu Fizik?” Profesor itu masih bertanya. Seperti tadi pendayung sampan itu hanya menggeleng.
“Sungguh kasihan kalau begitu kamu telah kehilangan 75% usia kamu.Malang sungguh nasib kamu semuanya tidak tahu. Seluruh hidup kamu hanya dihabiskan dengan sampan,tak ada gunanya lagi,” Profesor itu mengejek dan berkata dengan angkuh setelah merasakan dirinya yang terhebat. Pendayung sampan hanya mendiamkan diri.
Selang beberapa minit kemudian hujan turun dengan lebat, tiba-tiba ombak besar datang melanda. Sampan yang mereka naiki terbalik. Profesor dan pendayung sampan terpelanting. Sempat pula pendayung itu bertanya, “Kamu tahu berenang?” Profesor hanya menggeleng.
“Sayang sekali kamu telah kehilangan 100% nyawa kamu.” Kata pendayung itu sambil berenang ke pantai meninggalkan Profesor yang angkuh tadi.




sumber dari: kisah penuh hikmah

Tuhan pun bingung


Syahdan di suatu hari Tuhan berkata pada malaikat, “Hai malaikat, tidakkah kau tahu bahwa hambaKu setiap hari selalu mencariku tetapi bukan untuk mengenalKu melainkan karena Aku dipaksa-paksa dan diatur-atur mereka untuk memenuhi hajat hidupnya. Di dalam hati mereka selalu bunyi : semoga ini semoga itu, sesuai dengan selera mereka. Bahkan ada yang menggedor-gedor pintuKu memaksaKu untuk mengabulkan doanya, yang lebih parah ada yang menggugat kemahaanKu karena keinginan mereka tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.”
“Terus bagaimana ya Tuhan ?”
“Aku ingin bersembunyi malaikatKu, tapi aku bingung akan kemana bersembunyi di mana ?”
“Bersembunyi saja di gunung yang tertinggi, pasti hambaMu tidak akan bisa menemukanMu.”
“Itu dulu malaikat, sekarang teknologi mereka sudah bisa mencapai puncak gunung yang paling tinggi sekalipun.”
“Kalau begitu Engku bersembunyi saja di dasar laut yang terdalam, pasti hambaMu tidak akan bisa menemukanMu.”
“Itu juga dulu malaikat, sekarang teknologi mereka sudah bisa mencapai dasar laut yang paling dalam sekalipun.”
“Kalau masih ketahuan, bersembunyi sajalah di Bulan jangan di Bumi, pasti di tempat yang ini hambaMu tidak akan bisa menemukanMu.”
“Itu juga dulu malaikat, sekarang teknologi mereka sudah bisa mencapai Bulan.

“Saya yakin di tempat yang satu ini mereka tidak bisa menemukanmu.”
“Di mana itu malaikatKu ?”
“Ya... di hati hambaMu sendiri Tuhanku.”
“Aha.. kurasa engkau benar MalaikatKu, Aku akan bersembunyi di dalam hati hambaKu, niscaya akan jarang sekali yang bisa menemukanKu. Karena biasanya mereka mencariKu di luar diri mereka.”
Itulah sepenggal kisah berhikmah yang dituturkan oleh salah satu jamaah masjid dekat rumah, ketika bertugas memberikan kultum di hari terakhir Ramadhan kemarin. Silakan dicari sendiri hikmahnya, silahkan dilihat sendiri posisi diri kita masing-masing dari kisah berhikmah tersebut.